Rabu, 11 September 2019

KONTRADIKSI HIDUP

SABTU, 10 AGUSTUS 2019
KONTRADIKSI HIDUP
Kehidupan di dunia ini memang selalu penuh kontradiksi: ada siang ada malam; ada hujan ada kemarau; ada tawa tapi ada tangisan; ada yang taat tapi ada yang tidak taat; ada yang membangun tapi ada pula yang membongkarnya.
Frasa terakhir ini membuat saya jadi teringat kondisi aktual suksesi kepemimpinan di gerejaku tercinta. Pada satu sisi, ada sejumlah orang yang berupaya untuk ‘menyebarluaskan’ pengetahuan dan pemahaman anggota jemaat terhadap Tata Gereja (Tata Dasar dan semua aturan derivatifnya) dan mendorong agar semua anggota jemaat taat padanya.
Namun pada waktu yang nyaris secara simultan, ada beberapa ‘orang hebat dan terpelajar’ dalam gereja, karena menyandang predikat istimewa sebagai presbiter atau pejabat gereja (pendeta, penatua, diaken dan pengajar), justru memperlihatkan persetujuannya terhadap pelanggaran Tata Gereja secara sengaja, dengan berbagai argumentasi yang tidak berarah laksana ‘gerak Brown’ dalam ilmu fisika. Mencengangkan….! Ada yang membela dengan ‘malu-malu pus’, ada yang mengatakan bahwa itu hanyalah sebuah dinamika dalam persidangan, ada yang mengatakan bahwa apa pun yang telah disepakati dalam persidangan mesti diikuti. Kalau keputusannya keliru alias bertentangan dengan aturan bagaimana? Tapi ada juga yang membelanya dengan begitu heroik dengan menceritakan misalnya kejayaan kekaisaran Imperium Romawi dan sejenisnya, agar orang lain tahu bahwa dia memang talalu-talula.
Sorry to say! Mungkin Anda telah membaca semua cerita itu tapi perlu diingat, jangan sampai ada orang lain yang justru membaca lebih banyak referensi dari pada Anda! Jika memang sudah salah, misalnya secara tidak sengaja, ya ngaku aza, nggak usah ngeles. Aturan dan ketentuan dunia kita takut untuk melanggarnya tapi aturan dan ketentuan gerejawi, hal mana mereka sendirilah yang memutuskannya, tidak takut untuk dilanggar. Manusia dong taku tapi Tuhan Allah dong barani lawan.
Mengapa dikatakan demikian? Karena dalam setiap keputusan gerejawi, selalu ada tertulis jelas frasa berikut ini: “DALAM KETAATAN KEPADA YESUS KRISTUS, PEMILIK DAN KEPALA GEREJA.” Apakah jika kita melanggarnya maka tidak otomatis kita ingin menyatakan bahwa: “DALAM KETIDAKTAATAN KEPADA YESUS KRISTUS, PEMILIK DAN KEPALA GEREJA?” Paradoks…kontradiksi…amat menyedihkan sekali! Teringat jelas krisis hidup yang dialami suami/istri yang seia-sekata: ANANIAS dan SAFIRA. (dipo/190810)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar